Rabu, 02 Oktober 2013

Menggali Kain Batik Motif Tradisional

Tahun 1980 an saat itu saya sudah menjadi PNS di Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Propinsi Jawa Tengahdi Prambanan (sekarang: Balai Pelestarian Cagar Budaya, Jawa Tengah). Pada suatu hari saya dipanggil Pak Anom (Kepala Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala) dan diajak ke Bayat untuk konsultasi pemesanan kain batik dengan motif seperti contoh yang beliau peroleh dari seseorang staf pimpinan di BAPPENAS. Sebelum menemui pengusaha batik Bayat yang lain, terlebih dahulu kami menemui Pak Kasnowihardjo yang kebetulan dari arah Prambanan rumah beliau sekitar 1 Km sebelum kota Bayat. Oleh karena Pak Kasno juga salah satu pengusaha batik senior di kawasan Bayat, maka contoh motif batik yang digambar pada selembar kertas HVS tersebut oleh Pak Anom ditunjukkan kepada Pak Kasno dan menanyakan kemungkinan bisa-tidak membuat kain batik dengan motif tersebut. Spontan....komentar Pak Kasno bahwa itu motif kuno yang beliau belum pernah melihat kain aslinya. Selain itu secara teknis beliau juga tidak mampu dan tidak berani mencoba membuatnya. Dari hasil diskusi antara kedua beliau, maka diputuskan untuk tidak menemui pengusaha dan atau pengrajin batik Bayat yang lain. Setelah kembali ke kantor di Prambanan, Pak Anom menugaskan saya untuk mencari pengusaha batik di Yogya yang dapat membuat kain batik dengan motif seperti contoh yang diberikan Ibu Astrid dari BAPPENAS. Beberapa pengusaha batik terkenal di Yogya yang masih eksis saya temui, sebagian besar dari mereka tidak sanggup dan komentar mereka bahwa motif batik tersebut adalah motif yang hanya dimiliki oleh keluarga Kraton. Alhamdulillah ada satu pengusaha batik yang mau menerima pesanan tersebut, saya lupa nama perusahaan dan nama pemilik/pengusaha batik tersebut. Yang pasti saya ingat lokasinya di Jln. Parangtritis sebelah timur jalan dengan pagar dinding tembok yang tinggi dengan halaman yang cukup luas. Kalau gak salah proses pembatikannya memerlukan waktu 3 bulan dan beayanya sekitar Rp. 500.000,00 (Lima Ratus Ribu Rupiah) gajih saya waktu itu Gol. IIIa sekitar Rp. 95.000,00 (Sembilan Puluh Lima Ribu Rupiah) atau lima kali lipat dari gaji pegawai gol. IIIa.
Sebagai peneliti, naluri pencarian motif batik tradisional mulai menggoda, pertanyaannya adalah :
Mengapa Bu Astrid pada waktu itu tertarik memiliki kain batik dengan motif yang sangat langka, dari mana motif batik tersebut beliau temukan? Apabila hal ini bisa saya temukan, maka saya akan coba angkat Batik Bayat yang sejak dahulu merupakan "batik pinggiran" baik dari Yogya maupun Solo agar mampu memproduksi batik tulis dengan motif-motif Kraton yang sudah langka dijumpai. Hal ini juga sebagai wujud dari visi dan misi saya: menghidupkan kembali Batik Tulis Bayat, mengangkat sebagai Batik Cagar Budaya.

                                                                   Motif Semen-Rama